Ruang Mimpi

'Kubus itu punya enam sisi, dan kalo elu gak bisa nemu jawaban di salah satu sisi.. liat sisi yang lain' , kata celline sewot . Ya, kurasa dia ada benarnya.. Gue terlalu memandang segala sesuatunya cuma dari satu sisi. Satu sisi yang tepat ada di hadapan gue, dan sering kali bilang kali itu benar-benar unfair.

'terus, gue harus gimana?', jawab gue, dengan nada putus asa.

'bunuh diri mungkin.. atau elu bisa liat dari sisi yang lain buat bisa nyelesaiin masalah elu'.

'sialan lu....'

Ya.. percakapan singkat untuk kali pertama setelah gue pulang itu seakan sedikit membuka mata gue akan segalanya.

Segala sesuatu itu selalu punya banyak sisi untuk kita lihat, akan tetapi terkadang kita terlalu buta untuk selalu lihat kemungkinan-kemungkinan yang lainnya.

Hal ini mengingatkan gue pada suatu kejadian pas gue masih ada di ibukota... Kejadian saat gue untuk pertama kali nya pergi keluar rumah gak sama kakak gue. Buat penderita penyakit "blusuken" atau gampang kesasar kaya gue, pergi keluar rumah sama orang yang baru beberapa hari gue kenal di warung bubur pak ujang adalah suatu pengalaman yang sangat.....gak keren.

Waktu itu gue sama dia pergi ke salah satu taman yang ada disekitaran situ.. Taman Ayodya (kalo gak salah), adalah satu-satunya tempat hijau yang gue lihat selama gue ada di ibukota. Dan baru beberap meter melirik pandangan... Ya Allah,, banyak couple-couple yang gak tau diri sedang asyiik di pojokan....kaya sampah.

Hal ini sedikit mengelitik perasaan gue.. Gue ngebatin, 'emang mereka gak pernah baca undang-undang tentang kecemburuan sosial ya??'

Pagi itu adalah hari keempat gue berada di ibukota. Seperti pagi-pagi sebelumnya.. Setelah selesai sholat shubuh, gue langsung nongkrong di warung bubur langganan gue.

Ya.. Walo belum genap satu minggu di sini, gue udah punya tukang bubur langganan. Namanya Pak Ujang, tukang bubur asal wonogiri. 

Pagi itu, lumayan dingin..karena semaleman di guyur hujan. Tapi itu gak menyurutkan niat pak ujang buat mencari nafkah buat keluarganya.

Dan..dengan senyum khas penjual bubur kepada pelanggannya, Pak Ujang tanya ke gue, 'gak kesesat lagi?'

'enggak pak, udah lumayan hapal jalan', jawab gue.

Ya.. Mungkin bukan hal yang baru lagi kalo gue punya sedikit penyakit yang cukup aneh. Pasalnya sakit gue ini berhubung langsung dengan kemampuan gue untuk menghafal jalan. Singkat kata, gue butuh waktu cukup lama buat ngapalin jalan dari rumah ke masjid yang cuma berjarak kira-kira 700an meter.

Pernah, saat gue baru 2 hari disana, saat gue mau ke masjid buat sholat isya, gue kesasar. Awalnya, dari rumah ke masjid lancar dan gue masih sangat hapal jalannya, pas gue pulang..gue liat pertigaan. Saat itu gue bingung, tadi gue lewat sebelah mana ya?? Dan tanpa pikir panjang..Gue ambil jalan yang ke kiri, nemu belokan, sedikt ke belok ke kanan dan gue...resmi nyasar!

Dan gue baru sampai dirumah kira-kira jam sebelas malam, itu pun gue harus nyari kantor polisi terdekat biar dianterin kerumah. Sampai dirumah gue berpikir kalo gue salah ambil pilihan.