Lihatlah Dari Sisi yang Lain.

10:33 AM

'Kubus itu punya enam sisi, dan kalo elu gak bisa nemu jawaban di salah satu sisi.. liat sisi yang lain' , kata celline sewot . Ya, kurasa dia ada benarnya.. Gue terlalu memandang segala sesuatunya cuma dari satu sisi. Satu sisi yang tepat ada di hadapan gue, dan sering kali bilang kali itu benar-benar unfair.
'terus, gue harus gimana?', jawab gue, dengan nada putus asa.
'bunuh diri mungkin.. atau elu bisa liat dari sisi yang lain buat bisa nyelesaiin masalah elu'.
'sialan lu....'

Ya.. percakapan singkat untuk kali pertama setelah gue pulang itu seakan sedikit membuka mata gue akan segalanya.
Segala sesuatu itu selalu punya banyak sisi untuk kita lihat, akan tetapi terkadang kita terlalu buta untuk selalu lihat kemungkinan-kemungkinan yang lainnya.
Hal ini mengingatkan gue pada suatu kejadian pas gue masih ada di ibukota... Kejadian saat gue untuk pertama kali nya pergi keluar rumah gak sama kakak gue. Buat penderita penyakit "blusuken" atau gampang kesasar kaya gue, pergi keluar rumah sama orang yang baru beberapa hari gue kenal di warung bubur pak ujang adalah suatu pengalaman yang sangat.....gak keren.
Waktu itu gue sama dia pergi ke salah satu taman yang ada disekitaran situ.. Taman Ayodya (kalo gak salah), adalah satu-satunya tempat hijau yang gue lihat selama gue ada di ibukota. Dan baru beberap meter melirik pandangan... Ya Allah,, banyak couple-couple yang gak tau diri sedang asyiik di pojokan....kaya sampah.
Hal ini sedikit mengelitik perasaan gue.. Gue ngebatin, 'emang mereka gak pernah baca undang-undang tentang kecemburuan sosial ya??'
'Bahwa, pacaran di tempat umum itu bisa menimbulkan rasa iri,dengki, dan sebagainya buat beberapa orang di luar sana....yang notabene adalah gue'.
Tiba-tiba tabokan di punggung gue menyadarkan gue dari lamunan itu..
'Hayo.... elu lagi mikir jorok ya?'
'enak aja.... Gue lagi........'
'Tuh kan... pasti mikir yang enggak-enggak'
Mikir yang enggak-enggak? Ya.. sebenarnya saat gue liat ada pasangan yang lagi mojok itu, sempat terlintas di benak gue buat nimpuk mereka pake keranjang sampah lalu lari dan ngumpet di kolong mobil. Mungkin itu yang dimaksud mikir yang enggak-enggak.

Beberapa jam gue habisin buat ngobrol ngalor-ngidul sama dia.. Sampai gak sadar gue denger ada beberapa mahasiswa, yang entah muncul dari mana, sedang demonstrasi. Gue sempat heran sama mereka.. Kenapa masih aja mau demo padahal...belum tentu kan apa yang mereka tuntutin itu bakal didengar sama yang mereka demo.
Nah, pas gue tanyain sama dia, gue sempat kaget denger jawabannya..
'Ya.. Mau gimana lagi? Demo kan cuma satu-satunya cara agar apa yang sedikit banyak dialami sama rakyat didengar sama pemerintah.'
'Tapi... kenapa harus pake demo?'
'Yaelah... ya masa mau bakar sate di depan gedung MPR'
'Iya juga', jawab gue pasrah.

Pada saat itu gue sadar.. mungkin buat beberapa orang yang berada di sisi lain dari "Demonstrasi" menganggapnya kurang kerjaan.. Tapi buat mereka yang ada di sisi yang lain menganggap demo ada salah satu sarana buat nyalurin aspirasi mereka kepada para petinggi negara..
***

Lihat dari sisi yang lain... 
Gue kasih contoh.. Kaya apa yang baru-baru ini gue alamin. Sakit gigi, dan bener apa yang raditya dika bilang. Bahwa sakit gigi itu lebih sakit dari pada sakit hati.
Pada usia-usia seperti gue ini yang rentan galau, sedikit saja terjadi perubahan dalam diri itu bisa membuat segala sesuatunya jadi....gak keren. Biasanya pada usia antara 18-20 tahun..Gigi geraham bungsu kita akan nongol. Dan nongolnya itu juga gak kira-kira, ya.. pasalnya gigi geraham bungsu itu tumbuh dengan menyobek lapisan gusi yang ada di atasnya dan itu.....sakit!
Gigi geraham bungsu gue udah tumbuh tiga.. dan tinggal menunggu waktu sampai gigi terakhir menampakkan wujudnya. Sialnya, gigi gue yang satu ini tumbuhnya udah sangat kurang aja.. Gigi gue mulai merobek lapisan gusi gue pas malem hari, dan itu rasanya sangat sakit. Alhasil, karena gue gak mau bangunin nyokap sama bokap gue..gue cuma bisa guling-guling dikasur dan akhirnya jatuh terjungkal...sakit!
Seperti yang raditya dika tulis.. sakit gigi itu lebih sakit dari sakit hati.. kenapa??... 1) Kalo sakit hati, mudah obatnya, makan yang enak-enak, hangout bareng temen-temen biar gak galau, atau showeran dikamar mandi. 2)Kalo Sakit gigi, ulo mau makan aja sakit, buka mulut sakit, mau ngomong sakit, termasuk mau ee' juga....sakit!

Seperti halnya kubus yang punya enam sisi,, segalanya bisa dilihat dari sisi yang lain. 
Misalnya anak-anak disebut begitu karena mereka masih punya gigi susu. Ketika mereka sudah gak lagi punya gigi susu mereka akan disebut remaja... Dan begitu pula, seorang remaja tidak akan pernah disebut remaja lagi bila sudah tumbuh gigi geraham bungsunya dan sekaligus ngrasain betapa sakitnya gusi mereka saat dirobek sama gigi geraham bungsu.

***

Lihat dari sisi lain...
gue sempat berpikir.. kalo gue ini kena kutukan. Entah nenek lampir dari kecamatan mana yang dulu ngutuk gue, sampai akhirnya di usia gue yang udah kepala 2 ini belum punya pasangan (lagi). Ya.. Setelah gue, ditinggal pergi untuk selamanya sama Almh. Nitta, dan itu udah sekitar 4 tahunan yang lalu, praktis gue belum punya lagi seseorang yang layak disebut pasangan. 
Ya.. Walaupun  gue sempet deket dengan beberapa teman, tapi nyatanya... gue masih -uhuk- jomblo single.

Seperti saat gue sempet deket sama ***** yang ternyata juga udah punya monyet (baca: pacar) pada saat gue nyatain ke dia. Walaupun sempat ngerasa kaya orang goblok, jengkel, sedih, marah, pengen gntung diri di pohon toge. Tapi gue sadar kalo gue cuma berada disisi lain dari hihup ini.

Dan, seperti antara enggan belajar dari masa lalu dan mungkin kutukan. Beberapa waktu ini gue kembali sedikit merasakan jatuh cinta.. Dan seperti namanya, "jatuh" itu terkadang rasanya sakit, walo gak sesakit gigi geraham  gue.
Memang sih, apa yang gue alami sama miss.GP ini agak sedikit rumit dan absurd. Pasalnya,, saat itu gue suka sama orang yang udah..katakankan berpasangan dengan kata lain bermonyet. Buat kalian  yang berada di sisi yang berseberangan dengan gue, mungkin menurut kalian apa yang gue lakuin ini cukup...gila, karena nyukain pacar orang.
Tapi... Buat beberapa dari  kalian ada di sisi yang sama dengan gue.. Yang berpikir, toh baru punya monyet, belum punya suami, itu kan artinya masih milik umum juga..(milik umum bukan berati WC).
Lagian, kenalan sama cewek itu kan seperti kalo kalian nemu uang dijalan.. Gak penting kalian tau itu uang punya siapa, ambil aja toh itu rejeki buat kalian, ya gak?.. Begitu pula, dengan gue.. Gak penting buat gue tau siapa monyetnya miss.GP.. Gue ngrasa suka.. ya suka aja.

Tapi Hidup ini memang adil menurut caranya sendiri dan  seperti layaknya kubus yang punya enam sisi, selain ada sisi yang ada dihadapan gue dan diseberang gue, masih ada sisi-sisi yang lain yang mesti gue pertimbangin.Walaupun gue berada di sisi, dimana gue suka sama dia tapui gue juga herus mempertimbangkan sisi yang ada di sebelah gue. Misalnya.. gue juga gak mau dibilang tukang serobot pacar orang..
Dan mungkin,, buat sementara... Bagi gue punya pasangan itu bukan hal yang terlalu utama.
Jika mau dibuat skala prioritas, mungkin buat gue punya pasangan itu ada di urutan ke enam, setelah pancasila.

Dan mungkin karena gigi geraham bungsu yang terakhir gue udah tumbuh, walo sakitnya belum begitu hilang, Gue udah layak disebut "Dewasa". 
Tinggal bagaimana cara gue buat  menyikapinya,, dan bagaimana gue cara gue untuk menempatkan diri gue  pada sisi yang tepat.
Karena, seperti halnya kubus yang punya enam sisi,, Hidup ini juga punya banyak sisi yang mesti kita kunjungi.

3 Responds