Cerpen

Secangkir Bintang*

Sore itu adalah sore yang paling melelahkan bagi kami berempat, mungkin. Kami duduk melingkar di sebuah meja kayu coklat bergurat halus yang kami susun dua berjajar agar muat untuk menampung semua pesanan kami. Sore itu mendung semakin berat mengandung, namun hujan juga tak kunjung lahir dari perutnya yang semakin berat. Juga warnanya yang semakin pekat. Seakan sengaja menahannya, lalu muntah begitu saja saat...

Continue Reading