Juru Bicara World Tour

7:59 PM


Pandji Pragiwaksono, kembali lagi mengguncang Yogyakarta dengan rangkaian tur dunianya bertajuk Juru Bicara World Tour (JBWT). Setelah melanglang ke 2 kota di Tiongkok, 5 kota di Jerman, Medan, dan Yogya adalah kota ke dua di Indonesia yang tuan rumah penyelenggaraan event ini. 

Event ini, menjadi sedikit lebih istimewa bagi saya karena diadakan di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma, yang mana merupakan ‘rumah’ bagi saya untuk belajar banyak hal.

Saya sampai di venue kira-kira beberapa menit setelah maghrib tiba dan telah menemukan begitu panjangnya antrian penukaran tiket acara Juru Bicara ini. Sebuah animo yang luar biasa untuk menyambut komika kelas dunia, jika saya boleh menyebut demikian. 

Saya tidak terlalu ingin menyinggung tentang teknis acara, karena dibalik semua kurang maupun lebihnya, panitia telah berusaha sebaik mungkin. Saya jadi ingat seorang pernah berkata, ”Kita tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Tapi kita bisa berusaha.” Pun, saya juga tidak cukup berkompeten untuk bicara banyak soal materi yang dibawa oleh komika pembuka show Juru Bicara Pandji ini. 

Baik Mamat Alqatiri, komika dari standupindojgj, dan Afif, komika yang dibawa Pandji dari Jakarta, pastinya telah berusaha dengan sangat baik untuk mengalahkan rasa canggung mereka di hadapan 1100 penonton yang memenuhi Auditorium Universitas Sanata Dharma. Bahkan, ketika menuliskan kalimat sebelum ini pun, saya bisa merasakan bagaimana degup jantung yang berpacu dengan waktu. Ah… Saya jadi sedikit rindu berada di atas panggung dengan mata penonton yang selalu memburu itu, tapi sepertinya itu tak akan lagi mungkin.


PENASARAN

Beberapa jam sebelum acara, saya sempat bertanya-tanya tentang apa yang akan Pandji bawakan dalam show Juru Bicara nya kali ini. Saya sempat mendengar rumor bahwa Pandji akan bercerita soal kasus pelanggaran HAM yang ada di Indonesia. Sungguh saya sangat menantikan hal ini. 

Saya sangat tidak sabar dengan ‘oleh-oleh’ apa yang akan saya bawa pulang setelah menonton show ini, mengingat ini adalah show pertama Pandji yang saya tonton. 

Tampil layaknya seorang menteri di kabinet Pak Jokowi, Pandji berhasil menghipnosis ribuan penonton yang ada di Auditorium Driyarkara. Pandji membuka show nya dengan tayangan sebuah video pendek bercerita tentang kondisi hutan dewasa ini.

Pandji, dalam durasi kurang lebih dua setengah jam penampilannya, tampil seperti layaknya seorang preacher. Pandji mampu membawa suasana hening dan ‘mikir’ kepada segenap penonton yang datang malam itu. Kegelisahannya sebagai seorang warga Negara ditunjukkan dengan baik dengan membuat sentilan-sentilan yang mempunyai daya magisnya sendiri. 


JURU BICARA

Di saat para aktivis lingkungan, aktivis HAM, aktivis pendidikan, aktivis pendukung kehidupan satwa sedang sibuk menyalahkan pemerintah, dan mungkin sibuk dengan urusannya sendiri, Pandji hadir sebagai penjembatan mereka ke orang-orang muda untuk mau terlibat secara nyata. Menjadi jembatan agar orang-orang muda tidak lagi tutup mata dan sibuk dengan dunianya semata.

Pandji menjelma menjadi Juru Bicara bagi mereka yang termarjinalkan, bagi mereka yang tak punya cukup kuat suara untuk menyerukan apa yang mereka rasa. Pandji menyerukan bahwa ketimbang mencari solusi sesaat dari suatu masalah, mbok mari kira diskusi mencari solusi yang lebih elegan. Bahwa masih ada kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa dicoba dan usahakan.

Pandji juga menyampaikan kepada penonton yang datang, bahwa tidak semua apa yang dia katakan harus mendapat persetujuan. Juru Bicara adalah sarana membuka, memberi sebuah gambaran baru yang mungkin banyak tak terpikirkan oleh seribuan penonton yang berbagi nafas bersama di Auditorium Driyarkara, Sabtu 6 Agustus 2016. Itulah mengapa, setelah selesai dengan show nya, Pandji sempat membuka kesempatan bagi para penonton untuk bertanya, menyanggah, ataupun menyampaikan kritikannya.

PENASARAN LAGI

Seperti yang dikatakan seorang komika wanita di Indonesia, Mbak Sakdiyah Ma’aruf, “good comedy makes people laugh, great comedy makes people cry.” Saya tidak tahu apakah saya masih bisa tertawa atau harus menangis melihat kondisi yang ada di luar lingkaran saya seperti yang disampaikan Pandji dalam show Juru Bicara nya itu. 

Dan, dengan harga tiket show Pandji yang, menurut saya, menyasar ke golongan orang kelas menengah ke atas itu. Adakah segelintir dari seribuan orang yang datang itu nanti, besok, atau suatu hari nanti tergerak untuk mau keluar dari zona nyamannya, untuk mau terlibat lebih untuk Indonesia yang lebih baik? 

Atau… Dalam beberapa pekan berselang. Apa yang disampaikan Pandji hanya akan menjadi buih pantai yang hilang dalam gulungan ombak “aku sudah nyaman kok dengan hidupku. Kenapa harus ngurusin orang lain” 



2 Responds