Sudah lebih dari dua tahun saat aku pertama kali bertemu dengan dia. Aku masih ingat betul wajahnya saat pertama kali kami bertemu. Tepat disebuah ruang kuliah di kampusku. Ruang kuliah yang terlalu sangat luas apabila hanya diisi oleh 20 orang mahasiswa.
Waktu pertama kami bertemu tubuhnya masih kurus, lebih kurus dari tubuh kurus ku sendiri. Namun, sekilas dari sorot matanya, aku dapat melihat ada ke-optimis-an di setiap langkah kaki menuju meja disudut terdepan ruang kuliah itu. Tepat setelah dia meletakkan semua alat yang akan dia gunakan hari itu, dia kemudian melemparkan sebuah senyuman manis kepada kami semua. Sebuah senyum manis kepada teman-teman barunya. Senyum manis kepadaku.
Waktu pertama kami bertemu tubuhnya masih kurus, lebih kurus dari tubuh kurus ku sendiri. Namun, sekilas dari sorot matanya, aku dapat melihat ada ke-optimis-an di setiap langkah kaki menuju meja disudut terdepan ruang kuliah itu. Tepat setelah dia meletakkan semua alat yang akan dia gunakan hari itu, dia kemudian melemparkan sebuah senyuman manis kepada kami semua. Sebuah senyum manis kepada teman-teman barunya. Senyum manis kepadaku.
"Good morning class. My name is Eliss and I will be your tutor for this English Club", begitulah kalimat pertama yang dia lontarkan kepada kami semua setelah sebuah senyuman manis yang akan selalu membekas diingatanku. Senyuman itulah yang kelak akan selalu menghiasi lamunan-lamunanku.
Dari cara dia berbicara di depan kami semua, setiap pilihan kata yang ia gunakan, setiap diksi yang ia pakai, dan setiap senyum yang selalu menghiasi wajahnya, selalu bisa membuat ku merasa bahwa aku sedang berada di dimensi lain dari kehidupan ini. Mungkinkah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Ah, namanya juga cinta nggak mungkin dia datang begitu saja saat pertama kali jumpa. Begitulah cara ku untuk selalu memproteksi diriku sendiri.
Dari cara dia berbicara di depan kami semua, setiap pilihan kata yang ia gunakan, setiap diksi yang ia pakai, dan setiap senyum yang selalu menghiasi wajahnya, selalu bisa membuat ku merasa bahwa aku sedang berada di dimensi lain dari kehidupan ini. Mungkinkah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Ah, namanya juga cinta nggak mungkin dia datang begitu saja saat pertama kali jumpa. Begitulah cara ku untuk selalu memproteksi diriku sendiri.