Stand Up Gunung: Canda yang Sederhana
8:04 PM
Mendung berjalan perlahan berbarengan dengan tawa yang
semakin kencang. Tepuk tangan berderai-berai saat satu per satu komika naik dan
turun panggung. Iya… setelah gaungnya mengudara selama kurang lebih dua
bulanan, hari itu Stand Up Gunung dilaksanakan.
Mengambil tempat di kaki Gunung Merapi, persisnya di Bumi
Perkemahan Wonogondang, acara yang terbentuk atas inisiasi dari Mas Anang Batas -komedian Jogja, yang
kemudian mendapat animo bagus dari beberapa komika di Indonesia dimulai ketika jarum jam bergerak menuju
tengah hari di hari Sabtu, 5 November.
Ini mungkin adalah hal yang pertama kali ada di semesta
manapun. Sebuah acara komedi diadakan di sebuah kaki gunung yang jauh dari
hingar bingar suara klakson kendaraan, jauh dari kerlap kerlip lampu perkotaan,
jauh dari gedung-gedung pertunjukan, tetapi menyatu dengan alam.
Hari itu, puluhan komika nasional dan beberapa komika asal
jogja silih berganti menghadirkan canda tawa kepada ratusan penonton yang duduk
lesehan beratapkan langit mendung. Derai tepuk tangan saling berebut tempat
dengan tawa lepas yang mengiringi setiap punch
line yang dilemparkan.
Walaupun tidak bisa menyaksikkan sampai acara usai, tapi ada
beberapa hal yang menarik dari perhelatan Stand Up Gunung ini, di antaranya:
1. Kesederhanaan
Jauh dari kesan mewah seperti umumnya sebuah stand up comedy
show dilangsungkan. Stand Up Gunung,
memilih panggung terbuka sebagai tempat eksekusinya. ‘Belakang Panggung’ yang
harusnya menjadi tempat yang jarang dilihat penonton, saat itu seakan terkuak
begitu saja. Selain panggung, tidak ada sekat yang memisahkan penonton dengan
para komika idola mereka.
Desain panggung dan bangku penonton, yang walau
beberapa saat setelah diduduki patah, terbuat dari bambu menambah kesan
kesederhanaan Stand Up Gunung.
2. Egaliter
Semua sama rata, tidak ada penonton istimewa maupun komika
istimewa. Bahkan komika-komika yang memiliki jam terbang tinggi pun rela bunuh diri kelas dengan berjalan bersama
komika lain menghampiri penonton dari satu tenda ke tenda lain. Tidak ada
batasan juga di antara para penonton dan komika. Bahkan penonton boleh dengan
bebas main ke tenda komika untuk sekadar mengobrol dan atau berswafoto dengan
komika idolanya.
3. Perjumpaan yang Mengejutkan
Dihadiri ratusan penonton dari pelbagai pelosok Indonesia
membuat pamor stand up gunung menjadi begitu melejit. Duduk berdesakan, tertawa
bersama, bahkan ada yang berbagi tenda bersama membuat banyak cerita mengenai
perjumpaan antar satu orang asing dengan orang asing lainnya.
Dari perjumpaan lahirlah banyak cerita-cerita tentang sebuah
perjalanan bersama. Dari hasil pantauan yang saya lakukan, ada penonton asal
Banjarmasin yang membagikan foto-foto tamasya-nya di Solo karena selama
perhelatan Stand up Gunung dia berkenalan dengan orang solo.
Pun, ada pula cerita di tentang perjumpaan-perjumpaan
lainnya. “Itu semua berkat Stand Up Gunung”, tulis sebuah tweet yang berlalu
lalang di linimasa twitter saya beberapa waktu lalu.
Penampilan SanPras, komika asal Jogja |
Penampilan Coki Anwar, finalis Stand Up Comedy Akademi Indosiar |
Favorit nih. Iqbal Kutul tampil dengan sarat pesan |
Mamat Alkatiri Komika Jogja |
Wawan Stand Up Comedy Akademi 2 |
Master of One liner. The one and only, Gigih Adiguna |
Penampilan terpecah sepanjang sesi siang, Yusril Fahriza |
Dana SUCI 6 |
Presiden Stand Up Comedy Indonesia, Awwe. |
Egaliter |
Aci Resti, Juara Stand Up Comedy Akademi |
Indra Jegel, Juara SUCI 6 |
Dede Kendor |
Fico |
Acho |
Penampilan sarat pesan dari Abdur |
Komedi, lebih khusus lagi Stand Up Comedy, bagi saya bukan
hanya sebuah tempat berbagi hahahihi semata. Bukan juga tempat untuk mengasah
kepedean diri, maupun mengudar keresahan yang dirasakan hati.
Komedi, bagi saya secara pribadi, adalah sebuah tempat di
mana setiap orang yang mendengarkannya untuk beberapa saat akan melupakan setiap
perbedaan yang ada. Melebur menjadi satu dalam perpaduan tawa dan canda
bersama.
Dan Stand Up Gunung, dengan segala kesederhanaan yang telah
dibawanya mampu menjadikan itu semua. Dan menjadi sesuatu yang akan dirindui kedatangannya.
Kapan lagi ya?
0 Responds