Sebuah Perjalanan

3:27 PM

Terkadang hal paling misterius di dunia ini bukan lah hal-hal tentang ketuhanan ataupun hal-hal yang bersifat gaib. Tapi tentang bagaimana waktu bekerja atas diri kita masing-masing. Adalah waktu dengan segala kekuatan yang ia punyai yang dapat merubah banyak hal yang ada di dunia.

Terkadang  waktu mampu berjalan sangat cepat bagi mereka yang sedang di mabuk asmara, berjalan begitu lambat bagi mereka yang sedang menunggu, tak jarang pula waktu terkadang berlalu begitu saja bagi mereka yang selalu melupakannya.

Lalu, bagi mereka yang lupa, akan timbul perasaan menyesal yang tak akan mudah hilang begitu saja. Berharap mereka mempunyai kekuatan yang lebih hingga mampu memutar waktu kembali ke saat - saat yang mereka lupakan. Tapi, waktu tak pernah kembali. Waktu tak kenal mundur. Ia adalah hal yang statis yang diciptakan Tuhan untuk mengajari manusia untuk selalu bersyukur akan apa pun yang ia jalani saat ini. 

Sebuah lingkaran merah terang mewarnai salah satu angka di kalender di bulan ini. Tanggal 11 Oktober 2014, memang bukan satu tanggal yang cantik yang sering orang cari untuk mengadakan satu pesta. Tapi tanggal itu menandai akhir dari perjalananku di sini, di Universitas yang telah menempaku selama empat tahun ini.

Tak pernah terpikir sebelumnya bahwa aku mampu mendapatkan satu tittle di belakang nama. Satu tittle yang belum tentu semua orang mampu mengecapnya, termasuk gue. Sarjana. Begitu banyak orang menggaung-gaungkannya. Tapi, apakah dengan menjadi sarjana saja bisa mengubah strata sosial kita di dalam masyarakat? Tidak juga.

Bagiku, sarjana tak lebih hanya sekedar kata, hal yang membuat kita beda dengan orang lain adalah pola pikir kita terhadap sesuatu. Ya! Itulah yang membuat seorang sarjana menjadi beda dengan orang lainnya.

Lalu ketika aku memejamkan mata, mencoba untuk merenungi hal-hal apa saja yang telah aku lakoni, memori-memori itu muncul kembali. Mereka mulai berderet, beriringan satu sama lain, saling berlomba untuk kembali ke permukaan. Menghadirkan kembali banyak tawa dan juga air mata. 

Sembari memejamkan mata, aku tersenyum mengingat itu semua.

Bukan satu hal yang mudah bagiku untuk berjalan menempuh semua ini. Dahulu, kuliah mungkin adalah kata yang tabu untuk dibicarakan di keluarga yang tengah berada di dalam titik nadir. Tapi, tekad yang kuat untuk mengubah itu semua mulai berkobar di dalam diriku. Bapak hanya berpesan satu hal. Kuliah itu modalnya hanya niat dan semangat. 

Benar -  benar bukan satu hal yang mudah bagiku untuk berjalan menempuh semua ini hanya dengan niat dan semangat. Tapi dengan bermodalkan hal itulah, semua mulai membuahkan satu hasil. Bertemu dengan orang-orang luar biasa, belajar bersama tentang banyak hal, duduk berdiskusi bersama, adalah beberapa buah-buah dari modal niat dan semangat itu.

Juga banyaknya cerita cinta yang berceceran di dalam perjalanan yang panjang ini. Beberapa meninggalkan kenangan terdalam yang entah sampai kapan akan selalu membekas, beberapa di antaranya berlalu bak api yang membakar kapas. 

Aku yang selama empat tahun ini terus menerus mengutuki diri sendiri karena merasa salah dalam memilih jurusan yang aku ambil. Kini, dengan penuh perasaan menyesal harus menarik itu semua, saat tersadar bahwa terkadang pilihan yang salah malah membawa kita ke tempat yang tepat.

We may not always end up to the place where we thought we were going. But we will always end up to the place where we need to be.
(Adisty)
Dan di sinilah aku saat ini. Mulai kembali belajar bersyukur untuk semua yang telah aku lalui selama ini. Bersyukur bahwa aku diberi kesempatan yang belum tentu orang lain dapatkan. Bersyukur karena Tuhan mempercayakan satu kesempatan dan juga menyakinkanku bahwa aku memang pantas mendapatkan ini semua.



Terimakasih atas segala kenangan bersama.. 
teman-teman kelas B PGSD USD 2010


FKM BUDI UTAMA


TIM EKSPEDISI MENOREH (Versi Tidak Lengkap)
TEMAN-TEMAN SEMINAR HUMANISME DALAM STAND UP COMEDY. Bersama mbak diyah, Wakil Rektor III USD, dan Pak Ouda 



TEMAN-TEMAN STAND UP COMEDY USD


INTEGRITY DAYS 2014



Bukan sebuah perjalanan yang mulus layaknya jalan TOL memang. Tapi bersama mereka, aku belajar banyak hal yang tak mungkin dapat tertuliskan satu per satu, baris demi barisnya.

TIM EKSPEDISI Gn. LAWU yang belum sampai puncak

Dan seiring dengan perputaran sang waktu dan keadaan, aku menjadi terdewasa oleh karenanya

Saat sedikit bercerita tentang #BESYUKURMENJADIINDONESIA


TEMAN-TEMAN ANGKRINGAN LINTAS IMAN


Lalu kepada mereka yang pernah mampir dan mengisi kekosongan di relung-relung hati terdalam.. Untuk mereka yang tak akan pernah dapat dilupa. Terimakasih atas segala kenangan yang telah tercipta.

Sejenak, aku merasakan panas di kedua mata. Tanpa disadari tetesan air mata mulai mengalir begitu saja membasahi pipi ketika aku mulai membuka mata kembali. Ada haru, pilu, yang selalu berpadu dengan tawa suka ria mengalir bersama tetesan itu. Sesaat.. aku kembali menoleh ke belakang, melihat dan mengenang semua yang kini mungkin telah berubah. Kemudian tersadar bahwa aku memang berada di tempat yang tepat. Tempat di mana memang seharusnya aku berada.


Lalu.. ketika pada akhirnya samir itu tersemat, ada satu pertanyaan yang menggantung di ketinggian. Satu pertanyaan yang sudah menunggu sekian lamanya untuk kembali menampakkan ketakutannya. Pertanyaan tentang hal apa yang akan aku lakukan sesudah ini. 

Pertanyaan itu kini begitu jelas terlihat saat ini. Karena aku sadar, aku nggak akan pernah bisa mengulang apa-apa yang telah aku lakukan di sini. Di perjalanan ini. Ada rasa takut yang teramat sangat ketika harus memulai langkah baru saat aku sudah merasa sangat nyaman bersama mereka. Tapi layaknya waktu yang tak pernah kata mundur, hidup ini pun tak boleh kendur.

Satu hal yang aku yakini dan pegang teguh, bahwa ini bukan sebuah akhir dari sebuah perjalanan..

2 Responds