Sewindu: Sebuah Cerita Tak Berkesudahan

12:00 AM

Kantukku belum kunjung terobati saat suara panggilan sahur mulai menggema. Puasa tahun ini sepertinya akan meninggalkan kesan yang cukup berbeda dari sebelum-sebelumnya. Hari ini 12 Juni, hari di mana seharusnya usia mu bertambah. 26 tahun, kalau aku tak salah menghitung. Namun, semua tahu kamu tak pernah mencapai itu. Satu hal yang coba aku yakini sampai saat ini adalah Tuhan terlalu baik kepadamu.

Ini tahun ke delapan, dan aku mencoba untuk tidak bersedih lagi. Walau pada akhirnya aku gagal. Semua yang ada pada mu, tak akan pernah tercetak untuk kali kedua.

Aku ingin menjadi butiran hujan yang turun membasahi bumi di ujung senja yang mulai menggelap. Yang turun hanya meninggalkan bekas lalu menguap lekas.

Ingatkah kamu saat kita saling berbagi senja bersama? Dengan dua gelas teh yang bolak-balik minta diisi ulang, dengan beberapa bonggol jagung bakar yang kadang meninggalkan bekas hitam di gigi seri kita yang lalu kita menertawainya, bersama. Sederhana, tapi itu yang paling membuatku senantiasa terjebak di nostalgia tua.

Sebuah rutinitas yang wajib kita lakukan di hari Sabtu sepulang sekolah. “Aku mau melihat senja tertelan lalu memuntahkan milyaran germerlap cahaya bintang-bintang” katamu demikian. Mungkin itu bukan hanya di hari Sabtu, kadang kala, kalau kamu sedang tak menaruh minat pada rutinitas mu, kamu mengajakku membolos bersama. 

Dan, kemarin aku bercerita kepada Tante soal itu, aku tak pernah bermaksud untuk mengorek luka lama yang dimilikinya karena aku tahu luka yang ada pada beliau sama dengan luka yang aku samarkan dalam setiap tawa ku setiap mengenangmu, beliau sedikit tertawa. Aku bercerita kepada beliau sebagai sebuah apologi karena aku tak pernah cukup baik untukmu. Aku minta maaf.

Aku tak ingin lagi membawa sungai ke ujung mata orang-orang yang aku sayangi.


Hari ini aku membawakanmu dua buah bunga. Mawar merah muda seperti yang selalu kamu suka dan beberapa tangkai bunga Daffodil. 

Daffodil atau acap kali orang sebut sebagaibunga yang merupakan pertanda sebuah awal yang baru, setidaknya begitu yang mesin pencari ternama itu sebutkan.  Kamu tahu banyak orang yang mungkin beranggapan bahwa untuk memulai hal baru kita harus meninggalkan hal yang lama. Dan kamu dan aku tahu itu salah. Aku tak pernah punya keinginan untuk meninggalkan hal yang lama untuk bisa memulai kembali hal yang baru, aku ingin berterimakasih kepadanya yang telah menjadikan aku sedemikan rupa.


Lucu… bagaimana cara kita mengenang sesuatu.

Seperti beberapa minggu berlalu, aku pergi ke Bukit Bintang. Tempat di mana, aku dan kamu, dulu, saling membagi senja, cerita, asa, dan mungkin juga cinta. Jika kamu ingat bapak yang selalu baik kepada kita dulu, dia sudah tua kini tapi itu tak membuat kegesitannya berkurang. Lelaki tua itu masih ingat kepadamu, masih mampu menggambarkan dengan detil semua yang ada padamu. Bahkan, dia masih ingat jagung bakar terakhir yang kamu makan sebelum kamu sakit belum kamu lunasi. 

Hari ini ulang tahunmu, dan aku sama sekali tak punya ide tentang kado apa yang harus ku berikan. Rasanya aku tak mungkin memberikanmu seribu kupu-kupu kertas, atau sebuah pigura yang memenjarakan senyummu itu. Aku bahkan tak bisa meyulam kata-kata untuk bisa membuat mu tersenyum bangga. Aku hanya bisa di sini, duduk di tepian pusara mu.

Aku berandai-andai jika dulu aku tidak terlalu buta oleh terangnya cahaya cinta, bisakah aku melihat gelap yang ada padanya1, bisa kah aku membuatmu bertahan sedikit lebih lama agar kita bisa bersama mencari solusi dari sakit yang kamu dera.

Aku benci kata andai…

Ingatkah dulu ketika kamu berkata bahwa setiap dari kita adalah seorang peziarah. Seorang pejalan yang selalu berjalan untuk menemukan –entah apa, dan seperti layaknya manusia biasa, seorang pejalan pun punya ketakutannya sendiri. Ketakutan yang sering disebut dengan berhenti.

Akan menjadi sebuah kebohongan yang selalu aku hidupi jika aku berkata bahwa kamu adalah sosok yang tidak tergantikan, walaupun kini ragamu tak lagi ada. Itulah mengapa kamu tak ingin aku berhenti. Bagimu, berhenti adalah mati. Para pejalan hidup dengan bergerak. Meditasi mereka bukan diam. Meditasi mereka adalah dengan mengayunkan langkah melihat dunia2. Kamu meminta ku untuk tidak berhenti karena kamu bilang kamu cinta padaku. Karena menurutmu, cinta itu membebaskan orang yang benar kita cintai, membiarkan ia tumbuh, dan menemukan kebahagiaannya sendiri3.


Aku bahagia sekarang, dengan segenap apa yang aku punya dan tak punyai. 

Selamat ulang tahun ke-26, Anita Damayanti Wulandari… kamu sedang apa di sana???




1) Paulo Coelho, ditulis sebelumnya di tumblr
2) Windy Ariestanty, ditulis sebelumnya di tumblr
3) Goenawan Mohammad, ditulis sebelumnya di tumblr
Gambar di dapat di sini

7 Responds