Iya..mungkin sudah lama sekali dan mungkin juga saking lamanya gak ditanya soal itu kita jadi lupa apa yang kita cita-cita kan waktu kita masih kecil dulu. Padahal dulu cita-cita atau mimpi se-mustahil apa pun terasa begitu indah untuk dibayangkan, ya gak?
Ingat gak saat guru di sekolah kita dulu nanyain, "Sukri, cita-cita kamu apa nak?". Lalu kita dengan spontan menjawab, "Saya mau jadi bapak supermen bu".
Cita-cita se-absurd apa pun, dulu, terdengar luar biasa.
Kalo gue gak salah inget, dulu waktu gue masih kecil gue suka banget nonton film yang bertemakan luar angkasa, saking demennya gue sama film kaya gitu gue bahkan berani bermimpi untuk bisa nanem padi di bulan. Ya.. nanem padi di bulan. Aneh.
Tapi, dulu itu begitu menyenangkan sampai akhirnya realita datang dan menghancurkan itu semua. Saat gue mulai sekolah, perlahan mimpi-mimpi itu sirna, di sekolah setiap harinya gue dan mungkin beberapa dari kita hanya di jejali dengan berbagai macam pelajaran yang belum tentu kita semua sukai. Selalu dituntut untuk dapat nilai bagus walau gak tau apa yang kita pelajari.
Dari yang semula jadi astronot yang terbang jauh ke bulan buat nanem padi, gue turunin derajat cita-cita gue jadi seorang dokter. Iya, bayangan gue jadi dokter itu enak, tinggal buka lapak di rumah, pasien datang, diraba-raba dikit, nulis resep, dan.. woolhaa uang datang dengan begitu mudahnya.
Dan sekali lagi kenyataan mengajari hal yang gak terlalu baik. Kenyataan saat mengetahui untuk bisa jadi dokter itu gak gampang dan mahal menghancurkan mimpi-mimpi besar gue dulu.
Sungguh.. akhirnya gue mulai sedikit demi sedikit mengubur semua impian gue, untuk jadi apa pun. Saat itu gue sempet berpikiran gak ada lagi mimpi-mimpi besar, mimpi besar itu hanya untuk anak-anak orang kaya. Busuk.